Peristiwa Isra Miraj
Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan
Peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan rekaman kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 25 Jumadal Awwal 1440 H / 01 Februari 2019 M.
Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah
Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.
Download kajian sebelumnya: Adakah Sifat Wajib Bagi Allah?
Kajian Tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj – Syarah Aqidah Thahawiyah
Pada kesempatan yang mulia ini kita masih mengkaji kitab atau risalah yang ditulis oleh Imam Abu Jafar Ath-Thahawi yang menjelaskan tentang aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Aqidah golongan yang mendapat pertolongan dari Allah, aqidah golongan yang selamat.
Pembahasan kita telah sampai pada pembahasan tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan pembahasan yang terakhir menjelaskan tentang hal-hal yang wajib kita tetapkan bagi Allah dan juga hal-hal yang wajib juga kita ingkari. Karena yang demikian itu perkara-perkara yang mengandung makna kekurangan yang dinisbatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita sifati Allah dengan segala sifat kemuliaan kesempurnaan dan kita ingkari semua sifat-sifat yang mengandung makna kekurangan dan kecacatan.
Setelah Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi menjelaskan tentang kewajiban beriman kepada Allah yang mencakup iman kepada seluruh sifat-sifat dan nama-namaNya dan kewajiban untuk mensucikan Allah, mengagungkan Allah, memuliakan Allah. Maka setelah itu beliau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang lain yang berkaitan dengan aqidah Ahlus Sunnah, yaitu yang berkaitan dengan Isra’ wal Mi’raj.
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diIsra’kan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, dan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diMi’rajkan ke langit dengan diri jasmaninya dalam keadaan terjaga, kemudian beliau dibawa naik ke tempat yang paling tinggi sesuai dengan kehendak Allah dan Allah memuliakannya dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah mewahyukan kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apa yang telah diwahyukan oleh Allah. Hati Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka shalawat dan salam semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa curahkan kepada beliau di dunia di akhirat.
Permasalahan Isra’ dan Mi’raj ini salah satu dari perkara aqidah yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Karena perkara tersebut telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan juga di dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Maka wajib bagi kita untuk mengimani dan meyakininya. Tidak mengingkarinya dan tidak memaksakan akal kita atau menggunakan akal didalam merekayasa atau mentakwil atau memahaminya. Karena secara akal, ini tidak masuk akal. Tapi ini perkara yang ghaib, perkara yang tidak bisa dicerna oleh akal. Maka wajib bagi kita untuk mengimani sebagai bukti keimanan kepada perkara-perkara yang ghaib. Hal ini sebagaimana dijelaskan tentang sifat orang-orang yang beriman:
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib” (QS. Al-Baqarah[2]: 3)
Pengertian Isra’ Mi’raj
Mi’raj yaitu naik, sedangkan Isra’ yaitu memperjalankan dimalam hari. Jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana kita ketahui, memperjalankan hambaNya yaitu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari Mekah ke Baitul Maqdis dimalam hari disuatu malam. Kemudian sampai di Baitul Maqdis, beliau dibawa naik oleh malaikat Jibril ‘Alaihissalam dengan kendaraan Buraq sampai ke langit ke tujuh melewati semua langit. Kemudian terus naik sampai Sidratul Muntaha.
Maka tatkala itu Allah langsung berbicara kepadanya dan mensyariatkan kewajiban shalat sebagaimana yang kita maklumi.
Permasalahan-Permasalah Isra’ Mi’raj
Ada beberapa permasalahan yang perlu kita ketahui yang berkaitan dengan masalah Isra’ dan Mi’raj ini. Yaitu:
Pertama, berapa kali terjadi Isra’ dan Mi’raj?
Kita wajib mengetahui dan mengimani bahwa permasalahan Isra’ dan Mi’raj adalah perkara yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan begitu juga di dalam sunnah. Allah Subhanahu wa Ta’ala jelaskan di dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Isra’:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿١﴾
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra`[17]: 1)
Begitu juga dalam hadits yang menjelaskan bagaimana Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Mi’raj sampai Sidratul Muntaha. Semua hal itu wajib kita imani dan kita yakini.
Kemudian dalam perkara ini para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sedikit ada perbedaan apakah Isra’ dan Mi’raj ini terjadi satu kali atau lebih dari satu kali?
Ada yang mengatakan Isra’ dan Mi’raj itu hanya satu kali dan ada yang mengatakan dua kali. Pendapat yang shahih dalam hal ini bahwa Isra’ dan Mi’raj itu hanya terjadi satu kali. Ini yang pertama.
Kedua, kapan terjadi Isra’ dan Mi’raj?
Isra’ dan Mi’raj terjadi satu tahun sebelum beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah. Lalu apakah satu tahun ini 12 bulan atau kurang atau lebih?
Ada yang mengatakan setahun satu bulan, ada yang mengatakan setahun 2 bulan. Intinya adalah bahwa perjalanan Isra’ dan Mi’raj tersebut itu terjadi sebelum Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah.
Satu hal yang perlu kita pahami bahwa tidak ada perkataan yang menjelaskan bahwa Isra’ terjadi ditanggal 27 Rajab. Sehingga pemahaman sebagian dari kalangan kaum Muslimin bahwa Isra’ dan Mi’raj itu terjadi di bulan Rajab kemudian mereka peringati dengan ritual-ritual atau peringatan yang mereka lakukan, bahwa penjelasan tentang tanggal atau bulan terjadinya Isra’ dan Mi’raj tersebut tidak dilandasi diatas dalil yang shahih.
Intinya tidak ada kepastian yang menjelaskan tentang terjadinya Isra’ dan Mi’raj dibulan Rajab.
Ketiga, ruh dan jasad Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Apakah Isra’ dan Mi’raj itu terjadi dengan ruh saja tanpa jasad atau Isra’ dan Mi’raj itu terjadi dengan ruh Nabi dan jasadnya?
Aqidah Ahlus Sunnah, dalam hal yang terjadi sedikit perbedaan. Tapi yang shahih sesuai dengan dalil, maka yang shahih adalah Isra’ dan Mi’raj tersebut terjadi bersama jasad Nabi dan ruh beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha” (QS. Al-Isra[17]: 1)
Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dengan menyebutkan “hambaNya”. Kita memaklumi bahwa manusia terdiri dari dua unsur, jasad dan ruh. Di sini Allah menyebutkan “hambaNya”. Sekiranya makna Isra’ dan Mi’raj itu hanya dengan ruh beliau saja, maka Allah akan katakan “maha suci Allah yang memperjalankan ruh hambaNya.”
Maka kata para ulama, ini menjelaskan bahwa Isra’ dan Mi’raj tersebut terjadi dengan jasad dan ruh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan yang shahih dalam keadaan beliau bangun, bukan dalam keadaan tidur.
Keempat, kendaraan Isra’ Mi’raj
Perkara yang selanjutnya yang perlu kita ketahui berkaitan dengan masalah Isra’ dan Mi’raj ini, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diIsra’kan oleh Allah dan kemudian Mi’raj dibawa oleh Jibril ‘Alaihissalam dengan menaiki kendaraan yang dinamakan Buraq. Buraq yaitu sejenis kuda dengan kecepatan yang luar biasa. Oleh karena itu dinamakan Buraq, diambil dari kata al-bark (kilat). Di sini kata para ulama kenapa kendaraan yang ditunggangi oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dinamakan Buraq. Kita melihat bagaimana cepatnya kilat kembali.
Perkara Isra’ Mi’raj ini kalau kita pahami dengan akal dan logika, maka tidak akan bisa dipahami, tidak masuk akal. Kenapa demikian? Karena dizaman tersebut belum ada alat transportasi yang biasa menempuh jarak begitu jauh dengan waktu yang sangat singkat. Dan orang-orang Musyrikin dalam perjalanan mereka ketika berdagang, mereka berjalan dari Hijaz ke Syam memerlukan waktu berbulan-bulan. Maka menurut akal mustahil kalau seorang Muhammad mengabarkan kalau dia sampai ke Baitul Maqdis kemudian Mi’raj bersama Malaikat untuk mendengar perkataan Allah kemudian Allah mewajibkan shalat, kemudian sebelum fajar beliau telah kembali lagi ke Mekah. Ini secara akal tidak masuk akal. Tapi karena ini perkara yang ghaib dan Allah mengabarkan itu terjadi, maka orang-orang yang beriman hanya mengatakan, “Kami beriman.”
Ini juga menjelaskan kepada kita tentang kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahwa Allah apabila menghendaki sesuatu, pasti terjadi. Tidak akan ada yang bisa membendung dan menghalang-halanginya.
Simak menit ke – 19:16
Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj – Syarah Aqidah Thahawiyah
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46928-peristiwa-isra-miraj/